Minggu, 11 November 2012

Penyebab Kidal

MENGAPA SESEORANG MENJADI KIDAL??

A.       Pengertian Umum
Seseorang dikatakan kidal berarti tangan/kaki kiri lebih aktif untuk melakukan segala aktifitas sehari-hari daripada tangan/kaki kanan. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik/unik  karena seseorang pada umumnya tangan/kaki kanan yang lebih aktif dari pada tangan kiri.
Berdasarkan hasil survei para ilmuwan menyatakan, sekitar 10 % manusia di dunia adalah orang bertangan kidal, sedangkan yang menggunakan tangan kanan dan kiri sama aktifnya hanya 1 % dari populasi orang kidal. Menurut penjelasan Fabiola Priscilla Setiawan, M.Psi., kidal terjadi karena otak kanan seseorang lebih dominan dibanding otak kirinya. Otak kanan itu mengatur bagian tubuh sebelah kiri, sedangkan otak kiri mengatur tubuh sebelah kanan, apabila seorang lebih nyaman menggunakan tubuh sebelah kiri (termasuk tangan kiri), berarti otak kanannya yang lebih dominan.
Orang yang terlahir dengan tangan kidal yang lebih aktif terkadang dianggap sebagai orang yang cerdas dan lebih artistik, namun juga ada yang beranggapan orang bertangan kidal adalah orang yang canggung. Karena didominasi otak kanan, orang kidal jauh lebih kreatif dibanding orang yang bertangan kanan. Otak kiri fungsinya mengatur hal-hal yang berhubungan dengan logika, sedangkan otak kanan mengatur hal-hal yang abstrak seperti seni, musik, dan emosi. Jadi tidak heran jika banyak musisi, pelukis, dan seniman lain yang bertangan kidal (Fabiola Priscilla Setiawan, M.Psi).

B.       Faktor-faktor Penyebab Seseorang Menjadi Kidal
Orang menjadi kidal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah faktor internal dari sistem genetik 35 %, dari faktor eksternal / lingkungan 20 %, dan sisanya faktor akibat kecelakaan, bayi yang lahir dari ibu berumur lanjut (40 – 45 th), bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah, dan ibu hamil yang mengalami stress berat.
1.      Faktor Internal
Dari faktor internal / genetik dapat dijelaskan kecenderungan penggunaan salah satu sisi tangan diatur oleh sebuah gen yang memiliki sepasang alel (dua manifestasi dari sifat gen di lokasi genetis yang sama). Alel tersebut adalah alel gen D (singkatan dari dextra, bahasa latin yang berarti kanan) yang membawa sifat gen dari individu bertangan kanan. Dan alel yang lainnya adalah alel gen S (singkatan sinistra, berarti kiri).
Jika seorang individu memiliki pasangan alel DD, maka orang tersebut akan bertangan kanan. Ketika individu memiliki pasangan alel DS, ia dapat menjadi individu yang bertangan kanan atau dapat pula bertangan kidal karena kedua alel ini memiliki sifat yang sama kuat dan tidak saling menutupi, jadi tergantung dari pilihan dan kebiasaan individu tersebut untuk menjadi orang yang bertangan kanan atau kidal. Dan yang terakhir, orang yang bertangan kidal adalah individu yang memiliki pasangan alel SS.
Teori ini dapat menjelaskan kenapa kebanyakan orang bertangan kanan. Hal ini dikarenakan alel gen D lebih banyak dijumpai sehingga lebih banyak diwariskan sebagai bagian dari warisan genetis individu. Di sisi lain teori ini juga dapat menjelaskan tentang keberadaan anak bertangan kanan dalam keluarga dengan orang tua kidal dan juga sebaliknya yaitu adanya anak kidal dalam keluarga dengan orang tua bertangan kanan.
Karena, misalnya saja pasangan orang tua yang sama-sama memiliki alel DS (dapat bertangan kanan atau dapat pula kidal) akan memiliki anak dengan 4 kemungkinan kombinasi pasangan alel yaitu DD (bertangan kanan), DS (dapat bertangan kanan atau dapat pula kidal) dan SS (kidal).
2.      Faktor Eksternal
Penyebab seseorang menjadi  kidal dari pengaruh eksternal / luar, lebih banyak diakibatkan dari lingkungan dimana seseorang tersebut tinggal dan beraktifitas sehari-hari yang menggunakan tangan / kaki kiri sehingga menjadi kebiasaan. Dan penyebab lainnya yaitu karena cacat fisik yang mengharuskan menggunakan sisi bagian tubuhnya yang lebih kuat untuk melakukan aktifitas.

C.       Kelebihan dan Kekurangan Seseorang Kidal
1.    Kelebihan
Kelebihan orang kidal dibandingkan orang yang menggunakan tangan kanan, sebagai berikut :
a.       Lebih kreatif karena didominasi otak kanan.
b.      Lebih bagus menulis tulisan Arab.
c.       Lebih baik dalam berpikir, mengembangkan konsep baru, dan sangat inovatif.
2.    Kekurangan
Kekurangan yang dimiliki seseorang yang kidal, yaitu :
a.       Lebih sensitif, cenderung tidak percaya diri.
b.      Lebih rentan terkena penyakit yang berkaitan dengan otak, seperti :
1)   Disleksia merupakan Kesulitan belajar spesifik, berkaitan dengan penguasaan keterampilan dasar seperti mambaca atau mengeja.
2)   Skizofrenia dari bahasa Yunani Scizein (terbelah) dan Phren (pikiran) yaitu penyakit gangguan otak yang dicirikan dengan persepsi yang tidak normal terhadap realitas sehingga menyebabkan halusinasi dan paranoid.
Para ilmuwan menyimpulkan, baik orang yang kidal maupun yang menggunakan tangan kanan dan kiri sama baiknya masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi bila anda sudah ditakdirkan untuk kidal terimalah sebagai berkah dari tuhan Yang maha Kuasa. Belajarlah untuk memahami diri dan anggaplah kekidalan sebagai keuntungan dalam hidup. Sebab apa yang bagi manusia sebuah “kekurangan”, Tuhan bisa menjadikannya sebuah “kelebihan”.

Rabu, 05 September 2012

Analisis Pendidikan Olahraga

ANALISIS PENDIDIKAN OLAHRAGA

A.       Pengertian
Menurut Guru Besar (Pens.) Drs. (Physiol.) H.Y.Santosa Giriwijoyo, dan Dra. Lilis Komariyah, M.Pd, Pendidikan Olahraga adalah kegiatan pelatihan jasmani, yaitu kegiatan jasmani untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan gerak dasar maupun gerak ketrampilan (kecabangan olahraga). Kegiatan itu merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera jasmani atau sehat jasmani yang berarti juga sehat dinamis yaitu sehat yang disertai dengan kemampuan gerak yang memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-hari, artinya ia memiliki tingkat kebugaran jasmani yang memadai.
B.       Perbedaan Makna Pendidikan Jasmani Dan Pendidikan Olahraga
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini adalah : “Apakah pendidikan jasmani?” Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut.
Hal tersebut mungkin terjadi karena pada waktu sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru penjas, melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes) dalam kurikulum 1984, menjadi pelajaran “pendidikan jasmani dan kesehatan” (penjaskes) dalam kurikulum1994.
Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber belajar yang menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap sama. Padahal muatan filosofis dari kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun berbeda pula. Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani ?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial.
Karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada hasilnya. Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan murid serta merangsang interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah pendidikan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan diri baik secara fisik, mental, intelektual dan spiritual. Sedangkan pendidikan olahraga adalah suatu kegiatan untuk memperkaya dan mengembangkan keterampilan dalam cabang olahraga untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Analisis Pendidikan Jasmani

ANALISIS PENDIDIKAN JASMANI


A.       Pengertian

Pendidikan Jasmani (disingkat Penjas) adalah mata pelajaran untuk melatih kemampuan psikomotorik yang mulai diajarkan secara formal di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Menurut Arie Asnaldi (2008) Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak.
Pendidikan Jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera Rohani (melalui kegiatan jasmani), yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani, oleh Guru Besar (Pens.) Drs. (Physiol.) H.Y.Santosa Giriwijoyo, dan Dra. Lilis Komariyah, M.Pd..
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Setiap  definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut berkembang, baik langsung maupun secara tidak langsung.
Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan : psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.

B.       Tujuan Pendidikan Jasmani
Ada beberapa tujuan dari pendidikan jasmani, yaitu :
1.      Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
2.      Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3.      Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4.      Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung didalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
5.      Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri, pantang menyerah dan demokratis.
6.      Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
7.      Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif

C.       Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
1.      Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.
2.      Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3.      Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.
4.      Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.
5.      Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.
6.      Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.
7.      Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

Pengertian Pendidikan

PENDIDIKAN SECARA UMUM

Arti pendidikan sangat beragam, definisi atau pengertian dari setiap orang tidaklah sama, berikut beberapa definisi pendidikan secara umum :

A.       Definisi Pendidikan Menurut Beberapa Pakar Pendidikan

1.      John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.

2.      J.J. Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

3.      M.J. Langeveld

Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.

4.      Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

5.      Prof. H. Mahmud Yunus

Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.


B.       Definisi Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS

Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam,  bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri.
Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, sebaiknya pendidikan dapat dirumuskan secara jelas dan mudah  dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat menerapkan secara tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan.
Untuk mengetahui  definisi pendidikan  dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan definisi di atas, saya menemukan 3 (tiga) pokok pikiran  utama yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat ketiga pokok pikiran tersebut.
1. Usaha sadar dan terencana.
Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana menunjukkan bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang disengaja dan direncanakan secara matang (proses kerja intelektual).  Oleh karena itu, di setiap level manapun,  kegiatan pendidikan harus  disadari dan direncanakan, baik dalam tataran  nasional (makroskopik),  regional/provinsi dan kabupaten kota (messoskopik), institusional/sekolah (mikroskopik) maupun  operasional (proses pembelajaran  oleh guru).
Berkenaan dengan pembelajaran (pendidikan dalam arti terbatas),  pada dasarnya setiap kegiatan  pembelajaran pun harus direncanakan terlebih dahulu sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas RI  No. 41 Tahun 2007.  Menurut Permediknas ini bahwa  perencanaan proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan sumber belajar.
2. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya
Pada pokok pikiran yang kedua ini menurut saya ada pengerucutan istilah pendidikan menjadi pembelajaran.  Jika dilihat secara sepintas mungkin seolah-olah pendidikan lebih dimaknai dalam setting pendidikan formal semata (persekolahan).  Terlepas dari benar-tidaknya pengerucutan makna ini, saya menyimpulkan bahwa pendidikan yang dikehendaki adalah pendidikan yang bercorak pengembangan (developmental) dan humanis, yaitu berusaha mengembangkan segenap potensi didik, bukan bercorak pembentukan yang bergaya behavioristik.  Selain itu, saya juga  melihat  ada dua kegiatan (operasi) utama dalam pendidikan: (a) mewujudkan  suasana  belajar, dan (b) mewujudkan  proses pembelajaran.
a. Mewujudkan  suasana  belajar
Berbicara tentang  mewujudkan suasana pembelajaran, tidak dapat dilepaskan dari upaya menciptakan lingkungan belajar,  diantaranya  mencakup: (a)  lingkungan fisik, seperti: bangunan sekolah, ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, taman sekolah dan lingkungan fisik lainnya; dan (b) lingkungan sosio-psikologis (iklim dan budaya belajar/akademik), seperti: komitmen, kerja sama, ekspektasi prestasi, kreativitas, toleransi, kenyamanan, kebahagiaan dan aspek-aspek sosio–emosional lainnya, lainnya yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.
Baik lingkungan  fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, keduanya didesain agar peserta didik dapat secara aktif  mengembangkan segenap potensinya. Dalam konteks pembelajaran yang dilakukan guru, disini tampak jelas bahwa keterampilan guru  dalam mengelola kelas (classroom management) menjadi amat penting. Dan disini pula, tampak bahwa peran guru lebih diutamakan sebagai fasilitator  belajar siswa .
b. Mewujudkan  proses pembelajaran
Upaya mewujudkan suasana pembelajaran lebih ditekankan untuk menciptakan kondisi dan  pra kondisi  agar siswa belajar, sedangkan proses pembelajaran lebih mengutamakan pada upaya bagaimana  mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa. Dalam konteks pembelajaran yang dilakukan guru, maka guru dituntut  untuk dapat mengelola pembelajaran (learning management), yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian  pembelajaran (lihat  Permendiknas RI  No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses). Di sini, guru lebih berperan sebagai agen pembelajaran (Lihat penjelasan PP 19 tahun 2005), tetapi dalam hal ini saya lebih suka menggunakan istilah manajer pembelajaran, dimana guru bertindak  sebagai seorang planner, organizer dan evaluator pembelajaran).
Sama seperti dalam mewujudkan suasana pembelajaran,  proses pembelajaran pun sebaiknya  didesain agar peserta didik dapat secara aktif  mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya, dengan mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered) dalam bingkai model dan strategi  pembelajaran aktif (active learning), ditopang oleh peran guru sebagai fasilitator  belajar.
3. Memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pokok pikiran yang ketiga ini, selain merupakan bagian dari definisi pendidikan sekaligus  menggambarkan  pula  tujuan pendidikan nasional kita , yang  menurut saya sudah  demikian lengkap. Disana tertera tujuan yang berdimensi ke-Tuhan-an, pribadi, dan sosial. Artinya, pendidikan yang dikehendaki bukanlah pendidikan sekuler, bukan pendidikan individualistik, dan bukan pula pendidikan sosialistik, tetapi pendidikan yang mencari keseimbangan  diantara ketiga dimensi tersebut.
Jika belakangan ini gencar disosialisasikan pendidikan karakter, dengan melihat pokok pikiran yang ketiga  dari definisi pendidikan  ini  maka sesungguhnya pendidikan karakter sudah implisit dalam pendidikan, jadi bukanlah sesuatu yang baru.
Selanjutnya  tujuan-tujuan  tersebut dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan pendidikan  di bawahnya (tujuan level messo dan mikro) dan dioperasionalkan melalui tujuan  pembelajaran yang  dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ketercapaian tujuan – tujuan  pada tataran operasional  memiliki arti yang strategis  bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan  uraian di atas,  saya dapat menyimpulkan bahwa “ pendidikan adalah sarana/kegiatan/proses perkembangan pola pikir manusia dari masa anak-anak menuju ke kedewasaan”. Dan dalam definisi pendidikan yang  tertuang  dalam UU No. 20 Tahun 2003, tampaknya  tidak hanya sekedar menggambarkan apa pendidikan itu,  tetapi memiliki makna dan implikasi yang luas tentang  siapa sesungguhnya pendidik itu, siapa  peserta didik (siswa) itu, bagaimana seharusnya mendidik, dan apa yang ingin dicapai oleh pendidikan.

Jumat, 27 April 2012


MAKALAH ANALISIS TENTANG
LARI GAWANG, LOMPAT JANGKIT, DAN LEMPAR LEMBING
TAHUN AKADEMIK 2011 / 2012




 








DISUSUN OLEH :
Nama              : HERDIAN DANANG I
NIM                : K 4611056
Fak./Prodi      : FKIP / PENJASKESREK



MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ATLETIK LANJUT

DARI DOSEN PENGAMPU POMO WARIH ADI, S.Pd., M.Or
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA



A.      SEJARAH SINGKAT ATLETIK
Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak dasar manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat. Atletik seperti yang kita ketahui sekarang, dimulai sejak diadakan olympiade modern yang pertama kali diselenggarakan di kota Athena pada tahun 1896 dan sampai terbentuknya badan dunia Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF) pada tahun 1912. Atletik pertama kali diperkenalkan di Indonesia dengan sebutan Netherlands Indische Athletick Unie (NIAU) tanggal 12 Juli 1917 dan dalam perkembangannya terbentuk suatu organisasi yang bergerak dibidang atletik dengan nama Persatuan Atletik Seluruh Indonesia.

B.       ANALISA LARI GAWANG
1.    Pengertian Umum
Lari gawang merupakan olah raga atletik lari cepat dengan menempuh jarak tertentu namun diharuskan untuk melompati gawang-gawang yang tingginya diatur dalam peraturan perlombaan. Pada saat melompati gawang, atlet harus melakukannya secara beruntun, lancar, dan rileks. Pada saat berlari diusahakan tidak melayang terlalu lama, sehingga kecepatan lari tetap dipertahankan. Saat berada di atas gawang, atlet harus berusaha menjaga keseimbangannya dengan badan condong ke depan. Pada saat berlari, sebisa mungkin seperti gerakan sprint sehingga kecepatan tetap terjaga. Faktor pertama yang harus diperhatikan oleh atlet lari gawang adalah gerakan yang dilakukan saat start ke gawang pertama. Hal ini dimaksudkan agar saat akan menolakkan kaki melewati gawang pertama dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan lancar. Kemudian pada saat melewati gawang, dan gerakan finish juga merupakan faktor suksesnya lari gawang.
Peraturan perlombaan lari gawang pada dasarnya sama dengan peraturan pada lari jarak pendek. Perbedaannya hanya terletak pada gawang yang harus dilewati. Pokok-pokok peraturan dalam perlombaan lari gawang yang perlu diketahui antara lain sebagai berikut:
a.       Semua perlombaan lari gawang harus dilakukan pada jalurnya masing-masing; mulai dari start sampai melewati garis finish.
b.      Seorang peserta lomba lari gawang yang menarik kakinya di luar bidang horizontal atas gawang pada saat rnelampauinya, atau melompati gawang yang tidak berada di lintasan sendiri, atau menurut pendapat wasit dengan sengaja menjatuhkan gawang dengan tangan atau kaki dinyatakan diskualifikasi.
c.       Dalam perlombaan lari gawang, jumlah gawang yang harus dilewati oleh setiap pelari jumlahnya 10 buah, baik untuk jarak 100 m,110 m,maupun 400 m, dengan ketentuan seperti pada tabel berikut ini.

Ketentuan jarak dan ukuran gawang pada perlombaan lari gawang :
Jenis Kelamin
Nomor Lari Gawang
Tinggi Gawang
Jarak Garis Start ke Gawang Pertama
Jarak Antar Gawang
Putra
110 m
1,067 m
13,72 m
9,14 m

400 m
0,914 m
45,00 m
35,00 m
Putri
100 m
0,840 m
13,00 m
8,50 m

400 m
0,762 m
45,00 m
35,00 m

2.    Teknik Lari Gawang
Teknik merupakan pondasi dasar dari tingginya prestasi. Teknik adalah cara yang paling efisien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dan dibenarkan dalam lingkup peraturan (lomba) olahraga. Secara garis besar Teknik lari gawang dapat digolongkan menjadi 4 tahap, yaitu :
a.      Gerak awalan (pada saat start).
b.      Gerak saat melewati gawang.
c.       Lari cepat (sprint) antar gawang.
d.      Gerakan akhir (pada saat finish).
Secara spesifik akan dijelaskan seperti berikut :

a.      Gerak awalan (Start)
Gerak awalan (start) dari garis start ke gawang pertama biasanya dilakukan dalam lari gawang adalah dengan start jongkok. Untuk dapat melakukan lari gawang dengan benar dan lancar, tidak hanya skill dan kecepatan saja seorang pelari juga harus memperhatikan awalan (start) karena gerakan ini dapat menjadi penentuan awal suksesnya lari gawang, pada waktu akan melewati gawang yang pertama yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :
a.       Pada waktu hendak bertolak, pinggang harus diangkat tinggi dan cukup jauh dari gawang yang akan dilewatinya.
b.      Lutut kaki harus berada didepan diangkat tinggi, hingga membentuk sudut kurang lebih 900 - 950, sedangkan lutut kaki belakang lurus dengan tumit diangkat tinggi.

b.      Gerak saat melewati gawang
Setelah sukses dengan gerakan awalan (start), gerakan selanjutnya adalah melewati gawang dengan rentang waktu secepat-cepatnya demi menjaga keseimbangan kecepatan lari. Usahakan ketika berada diatas gawang keseimbangan tetap terjaga.
1)      Lintasan gerak tubuh waktu berada diatas gawang harus diusahakan serendah mungkin, dengan badan agak condong ke depan dan lutut agak dibengkokkan.
2)      Kaki yang digunakan untuk menolak ditarik ke depan dengan jalan memutar ke samping.
3)      Setelah kaki depan melewati gawang, segera diturunkan ke tanah dengan keadaan lurus.
4)      Lengan harus membantu keseimbangan di atas gawang, sehingga dapat membantu cepat kembali ke posisi gerak ke depan.
5)      Pada saat berada di atas gawang badan dicondongkan ke depan, hal ini sangat berguna menjaga keseimbangan gerakan mendorong ke depan.
6)      Pada saat mendarat di tanah, kaki dalam keadaan lurus.
7)      Kaki belakang dengan lutut ditekuk, tetap terangkat tinggi supaya dapat bergerak bebas menjangkau ke depan dalam usaha membantu langkah panjang.
8)      Badan dicondongkan ke depan membantu membawa berat badan, sehingga kaki yang berada di atas mudah bergerak melangkah ke depan.

c.       Lari cepat (sprint) antar gawang
Jumlah langkah diantara gawang yang harus dilakukan oleh setiap pelari berbeda-beda. Para pelari umumnya berusaha untuk dapat :
1)      Membuat langkah dari start ke gawang pertama antara 7-9 langkah.
2)      Setelah langkah kaki depan mendarat ditanah mencapai 3 langkah diantara gawang.
d.      Gerakan akhir (pada saat finish)
Setelah kaki depan melewati gawang terakhir dan mendarat di tanah, yang harus dilakukan oleh seorang pelari gawang adalah sebagai berikut :
1)      Badan condong ke depan.
2)      Kaki belakang secepatnya langkahkan ke depan.
3)      Lari secepat-cepatnya sampai melewati garis finish, dengan membusungkan dada ke depan.

3.    Gambaran Pelatihan Lari Gawang
Segala sesuatu yang diharapkan memperoleh hasil maksimal harus direncanakan dengan baik dan matang. Begitu juga halnya dengan lari gawang, seorang pelari apabila ingin mempunyai prestasi yang baik tidak cukup dengan hanya mempunyai kemampuan dan bakat, tetapi harus diberikan latihan yang cukup, terukur, dan terarah.
Latihan yang dapat dilakukan guna mendukung prestasi lari gawang, yaitu :
a.       Lompat tanggul, latihan ini bertujuan agar pelari dapat melompat dengan ringan, mudah, dan rileks tanpa ada tenaga tambahan yang terlalu besar.
b.      Lari cepat (sprint), karena lari gawang bertujuan menempuh jarak tertentu dengan secepat-cepatnya dan harus melewati gawang, maka lari cepat sangat berguna untuk melatih kecepatan seorang pelari.
C.      ANALISA LOMPAT JANGKIT
1.      Pengertian Umum
Lompat jangkit merupakan salah satu cabang atletik pada nomor lompat. Lompat jangkit yang dalam istilah asing dikenal dengan nama triple jump atau hopstep jump, terdiri dari tiga gerakan yang harus dilakukan secara sempurna oleh setiap atlet atletik dalam sebuah perlombaan. Gerakan lompat jangkit memproyeksikan pusat gaya berat tubuh si pelompat di udara ke arah depan dengan melalui tiga tahapan lompatan atau tumpuan. Yaitu Hop-Step-Jump.
Menurut ketentuan, pelompat harus melakukan tiga kali menumpu, menumpu dua kali dengan kaki yang sama yang disebut step dan diakhiri dengan gerakan jump atau lompat. Hasil dari suatu lompatan sangat tegantung dari kecepatan horizontal dan kekuatan pada ketiga tahapan tumpuan tesebut. Jarak antara hop, step, jump bervariasi tergantung dari kecepatan, kekuatan, dan kelentukan otot. Sudut tumpuan yang tepat sangat membantu menjaga kecepatan.
Ukuran untuk Lapangan dari awal lari sampai balok tumpuan ± 45 m, jarak dari balok tumpuan sampai bak lompatan ± 13 m, panjang bak pasir / lompat 8 m, dan lebar 2,75 m, kedalaman bak pasir / lompat ± 10 20 cm.

2.      Teknik Lompat Jangkit
Agar dapat melakukan gerakan lompat jangkit dengan benar dan maksimal, memerlukan teknik yang benar pula, teknik lompat jangkit dibagi menjadi beberapa tahap gerakan, yaitu :
a.      Awalan / Ancang-ancang
Tergantung dari tingkat prestasi, lari ancang-ancang bervariasi antara 10 langkah (untuk atlet pemula) dan 20 langkah (untuk atlet profesional). Kecepatan lari ancang-ancang semakin dipercepat sampai saat bertolak.
b.      Jingkat (Hop)
Kaki penolak harus mendarat dengan aktif dan siap menyerang; ayunkan paha kaki bebas ke posisi horizontal. Bertolak ke depan dan ke atas. Untuk “JINGKAT” yang panjang & datar, tariklah kaki penolak ke depan-atas dan tarik kaki-bebas ke bawah dan ke belakang. Pertahankan tubuh tetap gerak.
c.       Langkah (Step)
Bertolak dangan cepat; luruskan mata kaki, sendi, lutut dan pinggang, ayunkan paha kaki-bebas ke posisi horizontal. Pada waktu gerak ”LANGKAH”, posisi bertolak dipertahankan; untuk mempersiapkan gerak ”LOMPAT”, luruskan kaki-bebas ke depan dan ke bawah.
d.      Lompat (Jump)
Bertolaklah dengan cepat; ayunkan paha kaki-bebas ke posisi horizontal. Untuk lompat jauh, tahap melayang melibatkan teknik menggantung atau teknik melangkah. Tarik tubuh ke depan-bawah untuk mendarat; bawa lengan ke depan.
e.       Mendarat (Landing)
Mendaratlah dengan kedua kaki sejajar di pasir, Biarkan tubuh mendarat di pasir di samping kaki.

3.      Gambaran Pelatihan Lompat Jangkit
Lompat jangkit termasuk nomor lompat yang agak sulit dilakukan, namun apabila seorang pelompat rajin berlatih maka akan terasa mudah. Berikut materi latihan yang dapat meningkatkan kemampuan Lompat Jangkit :
a.       Latihan lari, bertujuan untuk meningkatkan kecepatan lari mendatar tanpa menghambat gerakan sewaktu take off.
b.      Latihan melompat dengan satu kaki (Hop), maksudnya agar dapat dengan cepat mengubah gerakan lari menjadi suatu hop yang rendah menurut suatu lintasan, dengan sedapat mungkin tetap mempertahankan kecepatan horisontal. Latihan ini juga berguna untuk fase terakhir jump agar dapat melakukan lompatan yang jauh.
c.       Latihan step atau langkah, bertujuan melatih gerakan setelah  hop menjadi suatu langkah

D.      ANALISA LEMPAR LEMBING
1.      Pengertian Umum
Lempar lembing termasuk salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik, prestasi yang diukur adalah hasil lemparan sejauh mungkin.
Lempar lembing merupakan olahraga atletik berjenis lintasan dan lapangan. Karena Pada olahraga ini, seorang pelempar harus berlari pada lintasan untuk ancang-ancang. Kemudian, atlet melemparkan lembing pada wilayah atau lapangan yang ukurannya sudah ditentukan. Olahraga lempar lembing; memiliki perbedaan dengan cabang olahraga atletik nomor lempar lainnya. Pada olahraga lempar lembing, gaya atau style yang digunakan saat melempar lembing sudah ditentukan. Dalam olahraga lempar lembing, dibutuhkan kecepatan sedangkan pada olahraga lempar lainnya lebih mengutamakan kekuatan. Oleh karena itu, lempar lembing memiliki hubungan yang cukup erat dengan olahraga sprint.
Peraturan lomba lempar lembing :
a.      Lembing terdiri atas 3 bagian yaitu mata lembing, badan lembing dan tali pegangan lembing. Panjang lembing putra : 2,6 m – 2,7 m sedangkan untuk putri : 2,2 m – 2,3 m. berat lembing putra : 800 gram sedangkan untuk putri : 600 gram. Selain itu, lembing dilengkapi dengan pegangan sepanjang 20 cm dan ujung tajam dari metal.










Gambar 1. Lapangan Lempar Lembing

b.      Lembing harus dipegang pada tempat pegangan.
c.       Lemparan sah bila lembing menancap atau menggores ke tanah.
d.      Lemparan tidak sah bila sewaktu melempar menyentuh tanah di depan lengkung lemparan

2.      Teknik Lempar Lembing
Karena lempar lembing merupakan olahraga berjenis lintasan dan lapangan, maka untuk dapat menghasilkan suatu lemparan yang maksimal perlu memperhatikan tekniknya.
Berikut teknik yang ada pada olahraga lempar lembing :
a.      Cara Memegang
a.       Cara Finlandia
Pertama lembing diletakkan pada telapak tangan dengan ujung atau mata lembing serong hamper menuju arah badan. Kemudian jari tengah memegang tepian atau pangkal ujung dari tali bagian belakang (dilingkarkan, dibantu dengan ibu jari ndiletakkan pada tepi belakang dari pegangan dan pada badan lembing. Jari telunjuk harus lemas ke belakang membantu menahan badan lembing. Sedangkan jari-jari yang lainnya turut memegang lilitan pegangan di atasnya dalam keadaan lemas. Dengan cara Finlandia ini, jari tengah dan ibu jari yang memegang peranan penting untuk mendorong tali pegangan pada saat melempar (Syarifuddin, 1992).

b.      Cara Amerika
Pertama lembing diletakkan pada telapak tangan, dengan ujung atau mata lembing serong hamper menuju kea rah badan. Kemudian jari telunjuk memegang tepian atau pangkal dari ujung tali bagian belakang lembing, dibantu dengan ibu jari diletakkan pada tepi belakang dari pegangan dan pada badan lembing serta dalam keadaan lurus. Sedangkan ketiga jari lainya berimpit dan renggang dengan jari telunjuk turut membantu dan menutupi lilitan tali lembing. Jadi dengan pegangan cara Amerika ini jari telunjuk dan ibu jari memegang peranan mendorong tali pegangan lembing pada saat melempar (Syarifuddin, 1992).

c.       Cara Menjepit
Caranya hanya  menjepitkan lembing diantara dua jari tengah dan jari telunjuk, sedangkan jari jari lainnya memegang biasa.

b.      Cara Membawa Lembing
Cara mengambil awalan pada lempar lembing sangat erat kaitannya dengan cara membawa lembing. Oleh karena itu perlu juga diketahui oleh para atlet lempar lembing.
a.         Membawa lembing diatas pundak
Lembing dipegang di atas pundak di samping kepala dengan mata lembing serong ke atas, siku tangan dilipat atau ditekuk menuju depan. Cara ini digunakan oleh para pelempar yang menggunakan awalan gaya jangkit (hop-step) pada waktu akan melempar.
b.        Membawa lembing di bawah
Membawa lembing di bawah adalah dengan lengan kanan lurus ke bawah, mata lembing menuju serong ke atas dan ekornya menuju serong ke bawah hamper dekat dengan tanah.
c.         Membawa lembing di depan dada
Mata lembing menuju serong ke bawah sedangkan ekornya menuju serong ke atas melewati pundak sebelah kanan.

c.       Awalan / ancang-ancang
Dalam lempar lembing ada dua macam awalan yang sering digunakan, yaitu : awalan silang (cross-step) dan awalan jangkit (hop-step). Lempar lembing yang mempergunakan awalan silang (cross-step) lebih dikenal dengan lempar lembing gaya silang, sedangkan lempar lembing yang mempergunakan awalan jingkat (hop-step) lebih dikenal dengan lempar lembing gaya jingkat (Adisasmita, 1986).


d.      Gerakan Melempar
Saat kaki kiri mendarat, kaki kanan ditekuk hingga badan benar-benar jauh condong ke belakang dan badan sebagian besar pada kaki kanan. Pada saat ini lengan yang membawa lembing sudah dalam sikap lurus serong ke bawah, mata lembing dan pandangan terarah kesudut lemparan dan tangan kiri tetap rileks. Saat inilah terjadi sikap melempar yang sebenarnya. Setelah lembing ditarik melaui pundak/bahu mendekat telinga, seluruh badan ditinggikan dan dengan secepat-cepatnya melecutkan lembing. Bersamaan dengan itu lepasnya lembing dengan hentakan pergelangan tangan sebagai sumber kekeuatan terakhir (Adisasmita, 1986).

e.       Sikap Badan Setelah Melempar
Dengan lepasnya lembing dari pergelangan tangan secara otomatis keseimbangan atau yang lebih dikenal dengan titik berat badan akan menjadi labil dan hilang. Hal ini disebabkan kekuatan yang yang dikeluarkan untuk melempar dimulai dari kaki sampai kepergelangan tangan yang diawali kecepatan lari . sehingga secara ototomatis kaki yang menjadi tumpuan untuk titik berat badan tidak bias menahan badan yang terdorong ke depan untuk itu, agar keseimbangan dapat terjaga dan dikembalikan secara baik, maka pada saat tubuh condong kedepan, tangan yang melempar lembing turun dari hasil pecutan yang dilakukan.

3.      Gambaran Pelatihan Lempar Lembing
Lempar lembing merupakan olahraga lintasan dan lapangan yang membutuhkan kecepatan dan kekuatan demi hasil lemparan yang maksimal. Namun untuk dapat melakukan dengan cepat dan kuat tidak mudah, butuh latihan yang kontinyu dan terukur.
Latihan yang dapat dilakukan seorang pelempar lembing, sebagai berikut:
a.       Latihan Push-Up, bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kekuatan otot tangan yang digunakan untuk melempar lembing, latihan ini dapat diganti dengan angkat beban (dumble).
b.      Latihan Sprint / lari cepat, karena olahraga lempar lembing memerlukan kecepatan, latihan sprint ini dapat membantu meningkatkan kecepatan seorang pelempar lembing.